3 Agustus 2009

Dongeng haripet

Di sebuah kampung yang bernama Haripet, tinggal sebuah keluarga. Bukan keluarga kaya tapi dihormati oleh seluruh kampung karena menjunjung tinggi keprofesionalan dan pendidikan dinomor satukan. Dalam keluarga tersebut terdapat seorang anak pria bernama Raka yang diharapkan menjadi seseorang dengan jiwa pemimpin (raja) yaitu melihat, mendengar dan membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitarnya. Raka tumbuh menjadi pemuda yang tampan, tegas dan cerdas. Ketika dewasa, ayah Raka tidak ragu untuk mengirim Raka ke kampung Tralia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik meskipun sangat mahal.

Kabar tentang Raka terdengar hingga ke penjuru kampung. Seorang saudagar kaya yang juga mendengar kabar tersebut akhirnya mencari informasi. Saudagar ini ingin menjodohkan putrinya Ratik yang mana sering dipanggil dengan Ratu Cantik. Ratik adalah perempuan yang lembut dan mendapatkan pendidikan di kampung Merika tapi sayang ia manja dan borjuis. Hal ini mungkin dikarenakan pendidikan dan lingkungan keluarganya.

Informasi yang dicari ayah Ratik didapatkan, ternyata keluarga Raka adalah sahabat karib ketika masa sekolah dahulu di Guangfu dan Raka sendiri memenuhi kriteria yang diinginkan. Ayah Ratik mengadakan sebuah perjamuan dengan alasan temu kangen padahal tujuan sebenarnya adalah memperkenalkan Ratik dan menjodohkannya kepada Raka yang mana keduanya sedang dalam masa liburan.

Dalam perjamuan dan percakapan tersebut muncul pandangan akan perjodohan tersebut:


Ratik: Saya jatuh cinta pada saat melihat Raka pertama kali.
Ibu Ratik: Ibu sangat mendukung pilihanmu, pilihan yang tepat.
Ayah Ratik: Ayah senang jika Ratik bisa mendapatkan yang terbaik untuk masa depan dan ayah merestuinya.
Ibu Raka: Kita sudah saling mengenal, jika keputusan hendaklah diserahkan pada anak.
Raka: Berikan saya waktu untuk mempertimbangkannya.
Ayah Raka: Pacaran tidak terkait waktu dan emosi untuk membangun rasa cinta, tapi pembelajaran yang membutuhkan waktu dan kebijaksanaan untuk menanam rasa hormat, menghargai dan kejujuran.
Kisah cinta bersemi dan menjelang akhir liburan, kedua keluarga menyepakati untuk menjadi sebuah keluarga dengan menikahkan putra dan putrinya setelah pendidikan mereka selesai. Persiapan pernikahan dilakukan oleh pihak keluarga yang mana akan diadakan acara nikah dengan adat kultur budaya dan pesta modern yang mewah. Pada awalnya pernikahan yang diharapkan oleh mempelai pria adalah yang hikmat dan sederhana.

Hari pernikahan datang. Pagi hari acara adat dengan sembahyang, doa restu, dan janji kepada langit, bumi, leluhur, orang tua dan kerabat dekat kedua mempelai. Setelahnya acara nikah secara agama dan diakhiri dengan pesta super mewah (terbesar di kampung tersebut). Malam hari, ketika malam pertama seharusnya terjadi, Ratik merasa lelah sehingga malam yang seharusnya menjadi malam istimewa tidak terwujud.

Malam kedua, Ratik mengungkapkan rahasia yang selama ini disimpan yaitu ia sudah tidak gadis. Ratik melakukan sekali dengan sadar ketika di kampung Merika dan memberikan kegadisannya kepada sahabat karibnya yang baik dan berjasa kepadanya. Ratik berkata kepada Raka agar dirinya ikhlas dan mengerti. Karena saat ini hubungan Ratik dengan sahabatnya hanya sebatas sayang tiada rasa cinta karena cinta Ratik akan sepenuhnya diberikan hingga mati kepada Raka.

Hari ketiga di pagi hari, Raka dan Ratik berkunjung ke keluarga mempelai wanita untuk memberikan salam dan hormat. Raka membawa babi panggang kecil yang mana ekornya dirusak sebagai makna bahwa mempelai perempuan sudah tidak gadis (adat kultur). Raka pamit dan tidak kembali untuk menjemput istrinya.

Ratik menangis dan terus menangis, teriakannya tangisnya bagaikan petir yang dapat membelah gunung hingga akhirnya Ratik meninggal. Sedangkan Raka pergi bersemedi dan tidak kembali ke kampungnya karena malu. Setelah kejadian tersebut setiap kali ada pernikahan di kampung tersebut, sehari sebelumnya akan selalu terdengar suara harimau yang mengaum dan hujan lebat. Apabila calon istri tidak lagi gadis maka akan ada pohon yang terbelah karena tersambar petir. Oleh sebab itu kampung tersebut dinamakan Haripet (harimau dan petir).

"Perkawinan sesungguhnya dibangun oleh moral, kejujuran dan kesetiaan. Apakah perkawinan terjadi karena ada suatu kesepakatan oleh rasa, kebaikan dan keikhlasan?"

Mohon maaf jika ada nama dan tempat yang sama. Hal diatas hanyalah sebuah cerita fiksi belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hey Visitor Where Do You Come From ?


Apa Yang Ingin Anda Cari ???