12 Agustus 2009

PERINGATAN HUT RI KE-64: Bijak Memahami Demokrasi di Indonesia

KabarIndonesia - Tulisan di atas bukan bermaksud menggurui soal idiom demokrasi, sebab penulis yakin Anda lebih paham dan mengerti tentang idiom tersebut. Ada satu hal yang barangkali sebagai bangsa yang besar, yaitu pada hakekatnya kita semua harus menyadari bahwa pilihan menjadi bangsa muslim terbesar di dunia dengan sistem demokrasi kedua terbesar di dunia, ditambah lagi dengan negara dengan pluralitas terbesar di dunia dengan jumlah kepulauan yang tersebar dan terbesar di dunia, kita bisa membayangkan bagaimana bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sangat menarik, unik dan sangat kompleks jika di lihat dari berbagai konteks struktur tatanan kehidupan.

Dalam konteks kehidupan berdemokrasi misalnya, pilihan bangsa ini menganut sistem demokrasi, merupakan pilihan yang sangat rasional dan logis. Pendiri bangsa sejak dulu sudah mampu merumuskan bahwa demokrasi yang kita anut sejatinya adalah demokrasi penuh muatan kultur dan karakteristik asli Indonesia. Demokrasi Pancasila yang kita pahami bukan cuma tersirat dalam tekstualisasi 36 butir dalam sila-sila Pancasila, ia secara substantif hidup dalam ranah sosial, budaya, politik bangsa Indonesia.

Penulis ingin mengatakan demokrasi kita penuh dengan tatanan nilai, penuh dengan idiom-idiom keindonesiaan, yang sangat boleh jadi berbeda dengan sistem dan kultur demokrasi di banyak negara. Oleh karena itu bangsa ini jangan menjadi bangsa yang sebentar-sebentar menjustifikasi nilai demokrasi dalam kerangka pemahaman demokrasi secara universal. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi dengan tata nilai ke-Indonesiaan yang kental. Mari melihatnya dalam kerangka yang penuh dengan kompleksitas yang bersumber dari banyak karakteristik pluralitas yang semua harus terakomodasi dalam sistem ideologi ketatanegaraan dan ketatakelolaan bangsa Indonesia.

Masalah pemilu misalnya, jangan membandingkan sistem demokrasi di negara lain yang luasnya saja tidak lebih besar dari kotamadya Jakarta Pusat, atau luas negaranya saja tidak lebih besar dari satu propinsi di Indonesia. Anda bisa membayangkan bangsa ini begitu lelah dan terkuras energinya hanya untuk mendorong agar persepsi kita tentang demokrasi di Indonesia berjalan sesuai dengan idiom demokrasi itu sendiri. Jika dirunut secara kuantitatif, untuk pelaksanaan Pilkada di seluruh Indonesia, jika dirata-ratakan ternyata kita melaksanakan pesta demokrasi setiap tiga hari sekali, berapa puluh ribu TPS disiapkan, berapa jumlah logistik yang perlu disiapkan, belum ditambah pemilu legislatif dan pemilu presiden. Negara sebesar Amerika saja, dalam pelaksanaan pemilu masih dihadapi oleh problem-problem mendasar pelaksanaan pesta demokrasi. Apalagi dengan kondisi bangsa Indonesia dengan tingkat kerumitan dan kompleksitas masalah yang cukup tinggi. Namun demikian tentu kita sepakat untuk terus membenahi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses dan pelaksanaan pesta demokrasi kita. Oleh karenanya berbagai pihak yang menjustifikasi pemilu kita gagal, apalagi curang, sebelum proses hukum selesai, sejatinya orang tersebut justru adalah orang yang telah mendestrukturisasi tatanan demokrasi kita.

Di lain pihak berbagai upaya mengkonstruksi tatanan demokrasi di Indonesia terus dilakukan dan dikembangkan secara terbuka dan transparan, baik yang dikelola oleh lembaga negara, maupun yang dimonitoring dan dikembangkan oleh lembaga swadaya masyarakat. Intinya pendidikan berdemokrasi sedang dan terus bangsa ini jalankan. Setelah rezim Orde Baru tumbang, memang lompatan substansi mengenai kehidupan demokrasi di Indonesia berjalan sangat cepat. Tatanan terbentuk, kehidupan negara terkelola dengan baik, pergantian kekuasaan sampai saat ini sudah berjalan walaupun masih terdapat riak dan gelombang yang menyertai perjalanan samudera demokrasi di Indonesia. Banyak negara lain mengambil contoh Indonesia sebagai studi mereka tentang bagaimana cara berdemokrasi yang baik. Negara lain juga telah memuji bangsa ini dalam mengelola tatanan kehidupan bernegara yang bagi mereka, dengan melihat karakteristik bangsa Indonesia yang begitu luar biasa kompleksnya, mereka salut dan menyatakan apresiasi yang mendalam tentang komitment atas pencapaian yang telah dilakukan.

Terlepas dari pengakuan dunia Internasional terhadap bangsa Indonesia, seharusnya sebagai bangsa, mulai saat ini kita sudah harus semakin bijak memahami tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang kita perjuangkan di era reformasi ini. Sejatinya marilah berfikir optimis, tidak underestimate dalam menilai kualitas bangsa dan negara sendiri. Oleh karenanya momentum peringatan kemerdekaan RI ke-64 adalah momentum menemukenali dan membangun kembali spirit de corps dan sense of belongging sebagai bangsa. Pemimpin bangsa juga seharusnya memberikan keteladanan tentang semangat nasionalisme melalui kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Jangan justru malah “menjual” asset bangsa ini untuk kepentingan kelompok apalagi asing. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hey Visitor Where Do You Come From ?


Apa Yang Ingin Anda Cari ???